Minggu, 19 Mei 2013

Mural Jogja

Di Jogjakarta, mural merebak di sekitar tahun 2003 seiring dengan gagasan konsep dari Apotik Komik (dikoordinasi oleh seniman publik Samuel Indratma) yang menghias kota dengan lukisan-lukisan di tembok kota dan terlebih dahulu dipresentasikan di depan walikota Jogja. Beberapa seniman mural dari Amerika Serikat kemudian diundang untuk berpartisipasi dalam projek tersebut.
Mural yang menghiasi Jogja dilakukan di beberapa lokasi, seperti di timur Mal Galeria, Jembatan Layang Tukangan, Jalan Perwakilan, Jalan Kleringan Stasiun Tugu dan sekarang meluas ke kampung-kampung, seperti di daerah Wirobrajan, Sayidan, Langenastran dan masih banyak lagi. Seolah-olah mural di Jogjakarta sudah menjadi identitas kota dalam memperindah lingkungannya.
Dalam hubungannya dengan ruang publik kota, mural mencoba mengkritisi ruang publik kota yang telah menjadi ajang pertarungan berbagai macam kepentingan. Para seniman mural ini bermaksud untuk mengembalikan kembali ruang publik kepada masyarakat untuk dijadikan salah satu medium untuk merekatkan hubungan-hubungan sosial antar masyarakat.
Tulisan ini bertujuan untuk menggali fungsi komunikasi visual melalui mural dalam memecahkan masalah ekologi-estetik, bahkan sosial budaya dan politik.

0 komentar:

Posting Komentar