Hubungan sosial tergambarkan dengan ada relasi yang cukup erat antara
gambar dalam mural dengan kondisinya, misalnya mural di Jl. Ireda
(gambar 4). Mural yang terletak di jalan depan Etnik Kafé dan
bersebelahan dengan tempat pemakaman umum tersebut menjadi menarik untuk
diperhatikan. Bagaimana memunculkan mural yang bisa dekat dengan citra
kafe tetapi juga tidak menghilangkan kesan ‘nyungkani’ pada
tempat pemakaman. Mural yang dibuat pun mengambil ikon bunga yang
berwarna-warni untuk mendekatkan dengan bunga di pemakaman, tetapi
kecerahan warnanya dekat dengan citra kafe. Ikon seperti ini menjadi
ikon wilayah yang khas untuk menandai wilayah dan budaya tertentu.
Sehingga mural yang bermaksud memperbaharui lingkungan tidak harus
menghapuskan keberadaan aslinya, namun sebisa mungkin dipertahankan
sebagai ikon atau simbol suatu wilayah.
Ikon dan simbol wilayah yang terpetakan berdasarkan di daerah manakah
mural di buat juga menjadi kekhasan tersendiri. Mural di Jakarta akan
berbeda dengan mural di Bandung maupun mural di Jogjakarta berdasarkan
pengambilan ikon tertentu. Ikon tokoh dalam pewayangan yang lebih dekat
dengan Jogjakarta akan diambil untuk menandai wilayah tersebut (Gambar
5). Hal ini untuk memunculkan kultur khas dari suatu wilayah, sehingga
mural tidak sekedar media seni rupa yang berbicara tanpa pesan namun
mampu memunculkan identitas kota. Hal yang cukup strategis dan jitu
adalah mural di bawah jembatan layang Lempuyangan. Kereta api yang masuk
atau meninggalkan kota Jogjakarta akan segera mengetahui, bahwa mereka
telah memasuki atau meninggalkan Jogja. Hal ini penting sebagai penanda
visual yang memiliki identitas lokasi tujuan.
skip to main |
skip to sidebar
Minggu, 19 Mei 2013
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.
Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar