Mural dengan pesan politik di Jogjakarta mewarnai pada beberapa
wilayah. Yang cukup menonjol adalah mural dari partai politik dengan
logo sebagai point of interest-nya. Partai politik yang memanfaatkannya
adalah PDI Perjuangan dan PAN. Partai politik yang berani melakukan hal
ini biasanya adalah wilayah dengan basis partai yang kuat. Seperti di
wilayah Langenastran ada dinding besar dicat merah bergambarkan orang
yang memakai pakaian khas Jogja dengan blangkon di kepala
sedang berdiri dengan sikap seperti pagar bagus atau penerima tamu dalam
pesta pernikahan Jawa. Di samping orang tersebut logo PDIP terpampang
tanpa ada teks penjelas.
Bentuk mural seperti ini sering juga dilakukan tidak hanya di
Jogjakarta tetapi juga di kota lain yang mempunyai massa terbesar partai
politik di suatu daerah tertentu. Pesan kritik sosial politik yang non
partisan tidak mudah ditemui, namun graffiti yang bersifat corat-coret
mudah sekali ditemui pesan yang bernada kritik sosial politik. Bisa jadi
karena graffiti lebih bersifat spontan daripada mural yang membutuhkan
perencanaan visual. Mural dengan pesan sponsor dari partai politik
biasanya menjamur ketika musim Pemilu tiba.
Hal ini tentu bertolak belakang bila melihat mural yang dibuat oleh
negara-negara sosialis maupun negara yang sedang berkecamuk. Mural bagi
negara-negara tersebut menyuarakan pada kepatuhan terhadap ideologi yang
dianut, dukungan kepada pemerintah hingga ajakan untuk melawan
pemerintah. Kuba sebagai sebuah negara sosialis mural mudah ditemui di
jalan-jalan utama sebagai bentuk penyanjungan kepada penguasa maupun
pahlawan-pahlawan mereka.
skip to main |
skip to sidebar
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.
Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar